Tuesday, January 23, 2007
Polisi 50.600 bukan Six Million Dollar Man
POLISI a.k.a penegak hukum yang seyogyanya bertugas untuk menegakkan hukum, melindungi, melayani dan mengayomi masyarakat nampaknya kurang menyerap fungsi sosial mereka di dalam masyarakat. Yaa.. meskipun bagaimana juga, begitu lah yang aku rasakan kemarin ini.
Kejadiannya bermula dari aku mau ke daerah Sarinah. Kalau dari arah Bunderan HI, tentunya harus muter dulu di Bunderan air mancur yang ada patung kudanya itu dulu bukan? Berpengalaman pernah ditilang didaerah situ, membuat ragu selalu muncul untuk muter balik disana. Tapi, melihat banyaknya mobil yang belok kanan membuat rasa ragu itu hilang. Pas ngantri lampu merah kedua untuk menuju balik ke arah Sarinah, tiba-tiba mobil yang kunaiki bersama pacar ditunjuk dan disuruh minggir. YAK! Ditilanglah kita. Katanya kita telah melanggar rambu lalu lintas. Yang boleh muter di jalan ini hanya dari jam 6.30 pagi sampai jam 7 malam, kecuali hari libur. Okelah, saat itu emang sore-sore.. *dan satu hal yang aku baru tahu adalah bahwa hari Sabtu bukan hari libur. Mungkin buat mereka iya bukan hari libur karena mereka harus bertugas. Tapi kan buat pekerja kantoran dan anak sekolahan, kita libur!* trus dia bilang lagi.. kalau mau lewat sini, harusnya lurus, tapi gak boleh belok kanan. Tapi, pas kita belok, aku ngeliat mobil Lancer dan Kijang di depan mobilku, yang mengambil jalan lurus juga ditangkep! Nah lo! Dia bilang, tilang kami bernilai Rp. 50.600. Dengan sikap santainya pacarku itu, akhirnya kita ‘damai’ saja dengan mengucurkan uang sebesar 50 ribu. *sigh*
Akan lain ceritanya di dalam pikiran aku.. yang pasti aku bakal turun dari mobil, ngecek ke rambunya beneran gak sih rambunya menyebutkan begitu, trus aku bakal tunjuk-tunjuk tu mobil Lancer dan Kijang. ‘kok mereka lurus, mereka juga ditangkep? Kenapa?’ –dengan nada enggak terima-. Abis itu, bakal aku tarik tu kepala pak polisi trus aku celup-celupin dengan puasnya ke air mancur itu. Trus, abis itu diiket dan taro di jalur busway biar digiling aja tuh ama bus. Ha Ha Ha Ha *dengan nada dan senyum jahat*
Padahal ya, kalau memang... MEMANG mereka melakukan tugasnya dengan baik, solusinya adalah mereka bisa aja kan berdiri di belokan itu dan menyuruh para mobil-mobil itu memutar di depan Museum Nasional. Bukannya mereka malah sengaja membiarkan mobil-mobil itu memutar di bunderan dan menangkapi mereka satu persatu dengan senangnya seperti memancing ikan di kolam.. Solusi yang sebenarnya cukup mudah bukan?
Aku pun akan senang menjadi masyarakat taat peraturan di semrawutnya kota Jakarta ini dan diayomi oleh pak polisi..
Friday, January 19, 2007
Yang Miskin, Minggir !
Terbahak aku pas melihat judul tersebut terpampang sebagai judul minggu ini oleh Metro Realitas. Di segmen ini, mereka mengangkat bahasan mengenai pengendara motor di Jakarta. Jadi, akupun akan membahas hal yang sama saat ini..
Coba resapi kedua pertanyaan di bawah ini.
Sudah mulai muakkah anda melihat banyaknya kendaraan motor di jalanan?
atau
Sudah mulai kesalkah anda dengan perilaku pengendara motor di Jakarta?
Bila jawaban untuk kedua pertanyaan diatas adalah YA, berarti SELAMAT ! anda tidak sendirian di dunia ini. Karena akupun merasa demikian.
Kendaraan bermotor yang bertambah sekitar sepuluh ribu setiap harinya (seinget aku pas aku baca Kompas dulu) seakan membuat jalanan di Jakarta semakin sumpek rasanya. Bisa kebayang kan kalo tiba-tiba mereka kita tumpuk jadi satu, kumpulan motor itu bisa jadi sebuah kue ulang tahun raksasa dan memecahkan rekor MURI!
Belum lagi kelakuan para pengendara motor yang ‘seenaknya sendiri’, nampaknya menambah kebencian aku ama kendaraan yang bernama M O T O R. Pasti para pengemudi Jakarta pernah merasakan ketika macet banyak motor yang berseliweran di sebelah kiri-kanan-depan-belakang mobil,pokoknya seputar mata memandang pasti ada motor yang sedang nyempil-nyempil nyari spot kosong berasa kaya cewek langsing nyempil di angkot. Mereka melalukan segala macam manuver seperti membelok-belokkan stang motornya ke kiri kanan, bahkan sampai menggoyangkan pinggulnya demi meraih posisi terdepan di barisan mobil. Entah kenapa, mereka itu gemar sekali untuk berada di barisan terdepan lampu merah. Mungkin membuat mereka merasa ‘asiik.. gue di depan mobil nih –yang biasanya selalu ‘mengalahkan’ mereka dari segi kecepatan-‘ atau mungkin mereka senang dengan hembusan angin dari mobil-mobil yang melintas di depan mereka, ‘semwiring’ kali yaaa...hihihi..
Banyaknya motor di Jakarta nampaknya tidak dibarengi dengan fasilitas sarana dan prasarana untuk kendaraan satu ini. Plus lagi, tidak dibarengi oleh mental dan perilaku baik dari pengendara motor itu sendiri. Lengkaplah sudah! Padahal kan kita sama-sama hidup di jalanan, kenapa sih kita harus saling mendahului? Padahal kan sesama kendaraan bermotor dilarang saling mendahului? *hihihi.. emangnya bus?*
Tentunya, membicarakan ini tidak akan ada habisnya. Tapi yang penting saat ini, motor harus berjalan di sebelah kiri ! jalanmu bukan di kanan, apalagi di tengah. Huh !
Sebagaimanapun aku bencinya dengan para motor-motor itu, tapi aku cinta ojek! Hahahahhahahahahaha...